Warek III: Belajar Meneladani Soft Skill Rasulullah SAW

Warek III: Belajar Meneladani Soft Skill Rasulullah SAW

Unsurya Jkt (WR3-10/03/25). Pada kesempatan memberikan Kultum di Masjid Al-Jihad Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya), Wakil Rektor III Marsma TNI Pur Dr. Agus Purwo W., M.M, M.A, CIPA mengajak para jamaah yang sebagaian besar para mahasiswa untuk melajar meneladani soft skill Rasulullah SAW.

Di awal ceramahnya, Agus Purwo mengingatkan tentang petikan firman Allah dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11, yang artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 58:11)

Berdasarkan petikan Firman Allah SWT tersebut, Agus Purwo menyampaikan 4 (empat) pelajaran penting tentang keutamaan ilmu dalam Islam. Pertama, Ilmu Menjadi Sebab Kemuliaan. Allah menjanjikan bahwa orang yang beriman dan memiliki ilmu akan diangkat derajatnya. Ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam, ilmu bukan sekadar alat untuk mencari dunia, tetapi juga jalan menuju kemuliaan di sisi Allah. Kedua, Ilmu dan Iman Harus Sejalan. Ayat ini juga menyebutkan iman sebelum ilmu. Ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang didasari keimanan. Ilmu tanpa iman bisa menyesatkan, sedangkan iman tanpa ilmu bisa melemahkan pemahaman kita terhadap agama.

Ketiga, Kewajiban Menuntut Ilmu. Menuntut ilmu dalam Islam bukan hanya hak, tetapi kewajiban. Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Dan keempat,  Ilmu Sebagai Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat. Ilmu adalah kunci kesuksesan yang sesungguhnya. Dengan ilmu, seseorang bisa mendapatkan rezeki yang halal, menjalani kehidupan dengan lebih bijak, serta memberikan manfaat bagi orang lain. Lebih dari itu, ilmu juga akan menolong kita di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim). Dari hadits ini, kita bisa melihat bahwa ilmu yang bermanfaat bisa menjadi investasi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun kita sudah wafat.

Baca Juga  Wakil Rektor III Terima Audiensi Dekan FTDI Rencanakan Kerjasama Perancangan Pesawat Listrik dengan BRIN

Namun demikian lanjut Agus Purwo, mengapa orang pintar bisa gagal?. Si A yang lulusan universitas ternama dengan IPK tinggi, melamar pekerjaan di sebuah perusahaan multinasional. Dia dinyatakan gagal karena saat wawancara, ia sulit menjelaskan ide-idenya dengan jelas, sering gugup, dan tidak mampu membangun komunikasi yang baik dengan pewawancara. Pewawancara menilai ia tidak memiliki keterampilan komunikasi dan kepercayaan diri yang cukup untuk bekerja dalam tim atau menghadapi klien. Si B, Si C, Si D dan lain-lain yang memiliki kemampuan teknis yang sangat baik, tetapi dipecat dari tempatnya bekerja karena Bosnya menilai rata-rata mereka kurang memiliki keterampilan kerja sama tim dan sulit beradaptasi dengan budaya perusahaan, atau karena ketidakmampuannya mengatur waktu dan bekerja secara efisien. Kesimpulannya, bahwa meskipun memiliki keahlian teknis yang sangat baik, tanpa soft skill yang cukup, seseorang bisa gagal dalam mendapatkan pekerjaan, promosi, atau bahkan mempertahankan pekerjaannya.

Selanjutnya Agus Purwo mengajak untuk belajar meneladani kemampuan Soft Skill Rasulullah SAW.

Menurut Agus, Rasulullah SAW memiliki berbagai soft skills yang luar biasa dan seharusnya menjadi teladan bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Pertama, Rasulullah SAW adalah seorang komunikator ulung yang mampu berbicara dengan jelas, menarik, dan penuh hikmah. Beliau memahami cara menyampaikan pesan dengan tepat sesuai dengan audiensnya, baik kepada sahabat, musuh, anak-anak, maupun orang-orang yang belum mengenal Islam. Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Contoh konkret, ketika mengajarkan Islam kepada masyarakat, Rasulullah SAW selalu menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Ketika seseorang berbicara dengan beliau, Rasulullah SAW tidak pernah memotong pembicaraan dan selalu memberi tanggapan yang relevan. Rasulullah SAW sering kali menatap mata orang yang diajak bicara, tersenyum, dan memberikan sentuhan lembut di bahu sebagai bentuk perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mempunyai integritas yang sangat tinggi. Apa yang dilakukan betul-betul selaras dengan apa yang beliau sabdakan.

Baca Juga  HMJMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSURYA : Peringati Isra Mi’raj Dan Ramadhan Berbagi 1445 H

Kedua, Rasulullah SAW memiliki kemampuan luar biasa dalam memahami dan mengelola emosi dirinya sendiri maupun orang lain. Beliau selalu sabar, tidak mudah marah, dan mampu menenangkan orang-orang yang sedang dalam kondisi emosional. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi yang bisa mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Contoh konkretnya yaitu ketika seorang Badui kasar berbicara dengan nada tinggi dan menarik selendang beliau hingga lehernya memerah, Rasulullah SAW tidak marah. Beliau malah tersenyum dan menjawab dengan lembut.  Ketika penduduk Thaif menolak dakwahnya dengan melempari batu hingga berdarah, Rasulullah SAW justru mendoakan mereka agar mendapat hidayah.

Ketiga, Rasulullah SAW adalah pemimpin yang visioner, mampu melihat jauh ke depan dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Beliau memimpin dengan kasih sayang, ketegasan, dan strategi yang cerdas. Beliau bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka mendoakan kalian.” (HR. Muslim). Contoh konkretnya yaitu saat Perang Khandaq, Rasulullah SAW tidak hanya memberi perintah, tetapi ikut menggali parit bersama para sahabat. Demikian juga saat pasukan Muslim kalah jumlah dalam Perang Badar, beliau memberikan semangat dengan mengatakan bahwa kemenangan berasal dari Allah, bukan sekadar jumlah pasukan.

Keempat, Rasulullah SAW sangat pandai dalam berdiplomasi dan bernegosiasi, sehingga banyak perjanjian penting yang dibuatnya membawa manfaat besar bagi umat Islam. Contoh konkret diantaranya saat Perjanjian Hudaibiyah. Meskipun isi perjanjian ini terlihat merugikan kaum Muslimin, beliau tetap menerimanya dengan sabar. Akhirnya, perjanjian ini membuka jalan bagi kemenangan Islam di masa depan. Ketika menaklukkan Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah SAW tidak melakukan pembalasan dendam, tetapi malah memberikan amnesti kepada penduduk Quraisy.

Baca Juga  Kunjungan Industri Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Kelima, Rasulullah SAW sangat ahli dalam menyelesaikan konflik dan mendamaikan pihak-pihak yang berselisih dengan cara yang adil dan bijaksana. Beliau bersabda : “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Barang siapa yang memulainya dengan memberi salam, maka dialah yang lebih baik.” (HR. Bukhari dan Muslim). Contoh konkretnya yaitu ketika suku-suku Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di Ka’bah, Rasulullah SAW mengusulkan solusi dengan meletakkan batu itu di atas kain, lalu meminta setiap pemimpin suku untuk mengangkatnya bersama-sama.

Soft skills tersebut tidak hanya membuat Nabi Muhammad SAW sukses sebagai pemimpin dan pendakwah, tetapi juga menjadi pedoman bagi kita dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bekerja, berinteraksi, maupun berbisnis.

Selanjutnya, Agus Purwo menyampaikan bagaimana penerapannya. Sebagai mahasiswa, kita dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut melalui kegiatan ekstrakurikuler. Puasa melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, empati, dan jujur, yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Dengan mengikuti ekstrakurikuler, kita dapat mengasah otak kanan, meningkatkan soft skill dengan melatih kerjasama tim, kepemimpinan, dan komunikasi, yang semuanya merupakan keterampilan penting di dunia kerja.

Di akhir kultumnya, Agus Purwo mengajak untuk menjadikan Ramadan ini sebagai momentum untuk mempersiapkan diri menjadi generasi unggul yang siap berkontribusi di dunia kerja yang juga selaras dengan Visi Unsurya.

Turut hadir pada acara kultum tersebut Rektor Unsurya Marsda TNI Pur Dr. Sungkono, M.Si, Wakil Rektor I Marsda TNI Pur Dr. Syamsunasir, M.M, para pejabat utama dan para mahasiswa serta segenap sivitas akademika Unsurya. (WR3-Pur)